Reggae Dan Tren
Wow sepertinya reggae sedang ramai, euphoria, tren di negara ini.. bagussss.... dimana mana MENDADAK GIMBAL dimana-mana...hahhaa... dimana-mana terdengar teriakan yomand, youmand, uyee, woyyoo, manteman, yessahh, baks dunk, bakar, damai, ha-ha, fly ha-ha, ahik men, asyik man, salam damai,,,dll, dst. Tp jarang yang bilang Jah Bless you, apalagi Irie=Alright=Bagus....hmmmm. Aku (klo bagi sebagian orang2 pintar akan lebih suka memakai kata “penulis” supaya kelihatan lebih intelek krn menulis) tak ingin membahas apalagi menguraikan sejarah reggae itu sendiri, uda banyak yang membahas, menulis dan mengungkapkannya, semua pecinta reggae mungkin sudah pada tau, walaupun kadang Cuma taunya reggae itu musik Bob Marley, dari jamaika, musik asik untuk menemani make Ganja, musik pecinta damai, musik santai DAN BAHKAN MUSIK PANTAI...hahahhaha. Ras muhamad bilang kan, “cuma tau lagu anak pantai.”
Jarang ada yang mau belajar sejarah apalagi meneliti perjalanan sejarah, apalagi hanya sekedar sejarah musik yang hanya di anggap sebagian orang hanya untuk entartainment semata, bahkan ada yang merasa sejarah merupakan masa lalu yang uda berlalu dan biarlah berlalu. Boro-boro mempelajari apalagi meneliti, “membaca aja aku sulit atau malas”..hahahha. Sehingga banyak terjadi penafsiran-penafsiran sejarah yang asal-asalan dan di putar balikkan faktanya. Sejarah penting untuk dipelajari, sebagai pengalaman, mengambil nilai2 yg baik, membuang nilai yg buruk, atau mendaur ulang nilai yang mempunyai kelemahan agar bisa jadi lebih baik, dan menyadari akan kesalahan yang terjadi demi melangkah ke masa depan agar tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Mengambil nilai-nilai positive-nya, dan membuang ke tong sampah nilai yang buruk. Begitu juga dengan reggae, banyak kawan hanya mengerti reggae hanya sekedar musik yang uda aku sebutkan dia atas, mengikuti segala bentuk yang hanya mreka ketahui luarnya saja, seperti ganja, rastafarian, damai, asik, merah kuning ijo, gimbal, dan lain-lain. Sementara idealisme dan philosofinya ntah dipahami atau tidak, bhkan diputar balikkan se-enak perutnya. Bob Marley bilang, “ In this bright future you can’t forget your past ” dan “ don´t forget your history nor your destiny.”
Aku sebenarnya respect dengan maraknya perkembangan reggae di tanah air ini, reggae mulai kembali marak sejak satu buah lagu Welcome to My Paradise. Aku senang banyak orang mendengarkan reggae sekarang, bahkan anak SD, SMP, SMA yang biasanya mendengarkan musik2 pop dan gaul. Mereka banyak sekarang yang mendengarkan reggae. Lalu banyak kawan-kawan kembali mendengarkan kembali lagu-lagu reggae lama seperti Imanez dan Tony Q, dll. Bob Marley bilang :
“ I love the development of our music, that's what I really dig about the whole thing. How we've tried to develop, y'know? It grows. That's why every day people come forward with new songs. Music goes on forever. ” **Aku suka dengan perkembangan dari musik kita, aku sangat menggali tentang segala hal. Bagaimana kami mencoba untuk membangunnya. Ini berkembang, Itulah sebabnya setiap hari orang2 memunculkan dan maju dengan lagu-lagu baru. Musik hidup selamanya.**
Mungkin sudah saatnya reggae kembali berdansa di negara yg bagi sebagian besar rakyatnya semakin susah dan sempit, tapi bagi segilintir penguasa dan orang kaya menganggap negara ini semakin makmur (makmur dari hongkong,,hahahha), rakyatnya semakin terpinggirkan, termarjinalkan. Mungkin sebagian pecinta reggae memilih musik ini karena mereka merasa terwakili dengan philosofi dan terinspirasi dengan lirik-lirik lagu reggae yang banyak menyuarakan apa yang mereka rasakan dan ingin mereka teriakkan. Tapi kita tak bisa pungkiri bahwa sementara itu sebagian besar generasi muda indonesia hanya dekat dengan Twitter dan FACEBOOK, yang mungkin berdasarkan perkiraanku 98% hanya curhat cinta2an, jempal jempol, upload foto2 narsis, add2 yg ga kenal sebanyak mungkin biar dibilang terkenal, biar di bilang "gaul", bukan untuk berteman tapi cari pacar baru, cari selingkuhan baru, maen game, minta koment dan jempol biar seolah banyak yang fans dan merhatiin, dan nyampah-nyampah, yang penting EKSIS,,,ckckck. Padahal diluar sana, bahkan FB bisa dijadikan sarana atau alat untuk menggalang persatuan demi revolusi contohnya di Mesir kemaren. Memang di Indoesia FB juga pernah untuk menggalang dukungan untuk Bibit dan Candra ketua KPK itu. Begitu banyak kemudian grup-grup FB yang membawa nama reggae menjadi sebuah komunitas di dunia maya. Tapi sebagian besar hanya berisi jadwal-jadwal manggung para band-band reggae, event yg akan di gelar, atau sekedar berbagi lagu gratisan, dan yang lebih parah lagi hanya sekedar untuk bikin status ‘YOOMAN, BAKS DUNK, MANA GANJANYA, BAGI CIMENGNYA, ASIK MAN, WOYYOO, SANTAI DI PINGGIR PANTAI LANDAI SAMBIL MANCAY, LIHAT KIRI KANAN CARI BODY BOHAY UNTUK DI AJAK MELANTAI, MAN.”..de el el.
Namun berdasarkan pengamatanku, baik secara langsung dan melalui dunia maya, obrolan langsung tak langsung dan juga artikel-artikel, status FB, reggae hanya di pahami hanya sebagai salah bentuk musik bagi sebagian besar bahkan penikmat atau pecinta musik ini. Kenapa seorang remaja yang masih sekolah dibangku SMP atau SD udah memakai nama di Facebook yang kira-kira begini : rarasreggaeiloveumuachBiebergayaguekillingmeinsideilovepashaungberjiwarastauyehasik.
Mereka pikir reggae sedang tren saja di Indonesia, seperti layaknya musik POP metal (Mendayu muka mesum Total), atau seperti Justin Bieber. Apalg musik reggae mang musik yang mudah dicerna dan easy listening dan enak buat joget joget juga..hahahha. Pernah aku bertanya kepada teman di FB yg msh duduk di bangku SMP, dia uda menggunakan nama Fb dgn embel2 rasta dan sejenisnya, ku tanya siapa yang paling disukai di reggae, dia bilang “Ras Muhamad”, aku Tanya kenapa suka dia, dia jawab, abisnya muka nya lucu sih, gemesin, hehehehe (to ras : piss brotha, ini fakta yang aku temukan, tapi klo dipikir-pikir wajahmu memang cute..hahhaa. Just kidding). Kemudian ada juga yang uda cukup dewasa dan dengan rambut gimbalnya, aku bertanya kenapa suka reggae, dia menjawab, musikya asik man, apa lagi pas nyimeng, bikin tambah fly. Kemudian ada seorang kawan yang mengataka bahwa JAH itu artinya adalah keindahan tertinggi pas lagi menghisap ganja. Lalu sebagian lagi sedang enjoy dengan ganjanya, alkoholnya, dan santai santai di pinggir pantai menunggu bule cantek atau cewe cantek bisa diajak melantai di pesta pantai..hahahahaha. Lalu ada juga yang kutanya kenapa memilih jadi gimbal, dia bilang biar asik man, reggae itu kan harus gembel man, nah gembel itu harus gimbal, biar santai man. Bule-bule suka yang gimbal man..hehehhe… Apakah ini miris? YA MIRIS.
Padahal yang ga mereka sadari bahwa Bob Marley, Peter Tosh, Jimmy Cliff sendiri, dan lain lain, jauh dari kesan malas-malasan, mereka lebih tampak lebih seperti seorang aktivitis yg selalu giat bekerja, banting tulang, peduli dengan sekelilingnya, radikal, bahkan militant, dan terus berkarya, dengan lagu dengan musik bahkan tak segan untuk turun ke jalan bersama rakyat menyuarakan pembebasan dari penindasan dan pembodohan, dan dengan segala hal yang mereka bisa. Mereka tak pernah kenal lelah dan bermalas-malasan, bahkan sambil menghisap ganja, Bob Marley masih maen bola bahkan coba di bunuh untuk membungkam suaranya. Ditengah penyakit kankernya pun dia tetap melanjutkan tour nya kemanapun, sampai dia benar-benar tak bisa berdiri lagi dan berakhir lemah menanti ajal.
Reggae Dan Cinta-cintaan
Reggae bagi sebagian orang memang hanya sebagai musik yang gampang dimainkan, easy listening, cuma cet cet cet jadilah reggae. Padahal dalam perkembangannya, roots reggae menjadi dance hall, dub, raggamufin, sampai ke reggae metal dan lain-lain. Para rockstar, dangdut star, popstar sering kali memainkan reggae juga, walaupun sekedar untuk menghilangkan kejenuhan atau supaya kelihatan berbeda sedikit. Ya, memang harmony dalam musik reggae sangat gampang di kolaborasi dalam segala jenis musik. Misalnya hip hop, pop, rock, dangdut, dan bahkan musik-musik keras dan cepat macam punk, hardcore, metal (bukan melayu mendayu muka mesum total), sering memainkan beat-beat reggae juga, dan ini sudah dilakukan oleh para pendahulu musik ini seperti The Clash yang memainkan lagu Police and Thieves nya Junior Murvin. Marley bikin Punky Reggae Party sebagai respect dia terhadap Punk. Tapi apakah semua kita tau kenapa Punk dan Reggae saling respect pada saat diawal kemunculan mereka? Sepertinya tidak. Punk dan reggae saling respect karena pada saat itu mereka merasa bahwa filosofi mereka sama yaitu musik pemberontakan, REBEL music, terhadap Penindasan dan Pembodohan. Itulah mereka yang menjadi semangat mereka untuk berkolaborasi.
Tapi lihat kondisi reggae di Negara ini sekarang, reggae kamudian juga dimainkan oleh band-band alay yang mendayu-dayu, tanpa sedikitpun memahami makna philosofi dari reggae itu. Akhirnya mereka memainkan reggae dengan lirik-lirik cinta-cintaan yang mellow total, patah hati, hilang semangat, cari jodoh, dan termehek-mehek karena cinta. Hadew, Tak ada yg salah ketika bicara soal Cinta-cintaan, itu naluri manusia, pernahkan klian membaca kata-kata Bob Marley :
“You can’t show aggression all the while. To make music is alife that I have to life. Sometimes u have to fight with music. So it’s not just someone who studies and chats, it’s a whole development. Right know is a more militant time on earth, because it’s Jah time. But me always militant, you know. Me too militant. That’s why me did things like kaya, to cool off the pace’.** Kamu tidak bisa menunjukkan agresi/serangan terus menerus. Untuk membuat musik hidup untuk itulah aku hidup. Terkadang kamu harus melawan dengan musik. Jadi bukan hanya sekedar seseorang yang belajar dan berbicara, ini dalam segala bidang. Tapi aku selalu militant, kau tau. Aku terlalu militant. Itulah kenapa aku membuat sesuatu seperti KAYA, untuk memperlambat gerakan” (Kaya=album Marley yang banyak bicara cinta).
Tapi apa yang kita pahami soal cinta-cintaan itu, kenapa generasi muda selalu saja mengejar dan termehek- soal cinta-cintaan?
Ya, dengan musik kita bisa militan dengan seni yang indah dan cinta yang sesungguhnya, karena seni itu indah, dan keindahan itu pasti dengan gampang bisa diterima. Jadi jangan pikir bahwa militan, revolusioner, berontak itu harus dengan mengangkat senjata dan berperang secara sporadis. Kita bisa melawan dengan berbagai cara, reggae melawan dengan musik, dengan TRUE LOVE, cinta yg sebenarnya, cinta sejati, seperti cinta yang di di ceritakan SOLDIER OF JAH ARMY dalam lagunya True Love,
"What is love really if it only affects, one aspect of life ? "That's like a musician who only accepts, his own musical type. That's like a preacher who only respects sunday morning, and not saturday night, That's how a soldier can come to reflect, That Love is more than a man and a wife. I need true love, Do you know what you mean to me, Does it show as I live and I breath, In the valley of the shadow, I know you'll be. I defense, I conquer death, I conquer the enemy (envy).
Seperti kata SOJA diatas apakah Cinta itu hanya berbicara tentang 1 (satu) aspek kehidupan saja? hanya seperti seorang musisi yg hanya menerima satu jenis musiknya saja? seperti seorang Pendeta yg mencintai hari minggu tapi tidak malam minggu? Cinta sejati yaitu cinta yang melebihi cinta seorang Laki dan seorang istri, Cinta yang saling mempertahankan, memperjuangkan, bertahan dan berjuang dari kematian. Bukannya mati karena "CINTA MATI". Cinta Sejati seperti cinta TUHAN kepada alam semesta. Reggae bisa berkolaborasi dengan elemen-elemen lain untuk bergerak melawan penindasan dan pembodohan. Reggae bisa memberikan pelajaran bagaimana untuk peduli, bersatu, mencintai dan memperjuangkan hak-hak dasar manusia dan keadilan untuk kemanusiaan.
Reggae Dan Persahabatan
Reggae memang identik dengan persahabatan, walaupun berbeda, reggae tetap membawa perbedaan itu dalam jalan yang sama menentang penindasan, Bob Marley, Peter Tosh, Bunny Livingston pun akhirnya berpisah, tapi mereka tak pernah saling bermusuhan karenanya, mereka tetap berjalan bersama, bersuara di panggung yang sama, menyuarakan penderitaan rakyatnya dan melawan Babylon yang menindas dan membodohi. Tapi kondisi pecinta reggae di Negara ini sedikit berbeda, kebanyakan hanya bisa berteriak damai man, tapi begitu ada perbedaan langsung di tanggapi dengan emosi yang tak terkontrol, kata-kata kotor, acungan jari tengah, dan mengepalkan tangan untuk meninju kawan sendiri yang sama-sama susah dan menderita, bukan di gunakan untuk melawan penguasa jahat dan koruptor di Negara ini. Bukan untuk melawan kapitalis busuk yang akhirnya hanya memamfaatkan tren reggae untuk mengeruk keuntungan semata di Negara ini dan akhirnya mengancam untuk membungkam seorang SMALL AXE/kapak kecil yang mencoba untuk bersuara atas “bopeng-bopeng” dunia reggae di Negara ini. Kita seharusnya ikut melawan penguasa korup yang dengan kejinya merampas hak-hak rakyat yang kelaparan bahkan membiarkan rakyat akhirnya mati pelan-pelan secara menyakitkan. Apalah artinya damai yang pecinta reggae teriakkan itu ? Jangan bilang bahwa konser-konser reggae selalu aman tanpa tawuran, memang harus di akui bahwa konser reggae cenderung lebih damai, tapi jangan bilang konser-konser PUNK dan Musik-musik underground selalu rusuh. Pernah suatu ketika bersama band ku maen di acara kawan-kawan punk rock di pantai Trikora pulau Bintan, diantara belasan band hanya kami sendiri yang mengusung musik roots reggae, yang lainnya PUNK rock dan Hardcore. Gigs yang bersemangatkan DIY ( Do It Your Self) itu sangat sederhana, beralaskan pasir pantai dan beratapkan tenda pecel lele, dihadiri hanya oleh kawan-kawan komunitas street punk, bahkan dari luar negari (singapura, Malaysia dan pilipina) tetapi dari lagu pertama sampai terakhir hanya atmosfer kedamaian yang kami rasakan, semua berdansa dengan kami tanpa ada batas dan kami semua hanyut dalam persaudaraan yang menurut aku lebih romantis dari lagu Turn your Light Down Low nya Marley..hehehe.
Lalu kawan-kawan lihatkan bahwa justru saat ini konser-konser band alay / boy band mendayu total yang bahkan sering merenggut korban jiwa. Jangankan disaat konser yang memang berdesak-desakkan, masing-masing berdansa dengan gaya nya sendiri-sendiri dan akhirnya bersenggolan dan akhirnya menyebabkan tawuran, bahkan aku sering mengalami sendiri, ketika berbeda pandangan di komentar-komentar di FB misalnya, banyak sekali yang menanggapi dengan emosi dan mengajak berantem dengan kata-kata kasar dan tidak ber-etika sama sekali, padahal dia menggunakan nama FB dengan embel-embel reggae atau Marley. Kemudian juga di sebuah grup FB reggae yang katanya terbesar karena mempunyai anggota yang paling banyak, sering sekali terjadi perdebatann yang menggunakan kata-kata sangat kasar dan tidak pantas bahkan menjurus kea rah isu-isu SARA. Seorang kawanku bercerita bahwa dia pernah mendapati dilingkungannya ketika sekelompok anak sekolah yang siap-siap tawuran, di antaranya memakai tas dengan gambar Legenda reggae Bob Marley, dan bertuliskan No War, namun ketika di ingatkan jawaban yang keluar dari mulut prajurit-prajurit perang salah kaprah itu menjawab “Ga usah sok jadi malaikat lo jadi orang”. Ckckckck. Kawanku itu menuliskan pengalamannya itu dan mengatakan “coba ane kaya dulu yang belum menggenal REGGAE pasti udah saya colek satu" mereka , tapi memang rasa cinta damai lebih indah , memang membuat sekeliling kita damai itu sangat susah, seperti mencari jarum di tumpukan jerami, tetap sebarkan rebel perjuangan kawan”. Ya Rebel with True Love, itulah reggae. Big respect untukmu kawanku itu.
Reggae, Hidup Damai dan Santai
Sering sekali para pecinta reggae di Negara ini bahkan para pelaku reggae meneriakkan kata-kata “damai santai-santai dipantai landai sambil mancay menunggu sunset dan sunrise sambil lihat kiri kanan siapa tau ada bule cantik bisa diajak melantai”..hehehehe. Coba tunjukkan mana lagu-lagu atau pesan-pesan Bob Marley atau para founding father reggae di dunia ini yang sana dan dimana-mana yang menganjarkan bersantai-santai, apa hanya karena kita mendengarkan Lagu Santai dan Anak Pantai nya almarhum Imanez, atau Pesta Pantainya Tony Q atau melihat posternya Marley dengan gambar ganja besar sebagai backgroundnya. Inilah yg menyebabkan mainstream / arus utama / pemahaman utama tentang reggae di negara ini dekat dgn kata-kata santai dan damai, lalu kenapa seorang Ras Muhamad mengatakan dalam lagunya "cuma tau lagu anak pantai". Aku pernah membaca di grupnya Ras Muhamad, dia mengatakan di koment fotonya di bahwa,
“banyak yang menganggap Reggae musik sembarangan dan kita harus "SLOW" atau "damai" bila ada yang bertindak, berkata sembarangan. TIDAK, Reggae tak seperti itu. Reggae tak katakan damai saat hak-hak kita dirampas, Reggae tak katakan slow saat korupsi meraja lela.”
So, Apakah menurut kita sudah pantas kah generasi muda bangsa ini “damai santai-santai dipantai landai setiap hari? sambil mabuk-mabukan pake mancay menunggu sunset dan sunrise sambil lihat kiri kanan siapa tau ada bule cantik bisa diajak melantai ?” Malas di ajak berfikir kritis dan peduli dengan sekitarnya, ngaku-ngaku anak pantai tapi mengotori pantai, buang puntung rokok sembarangan, buang botol vodka ke laut, tapi begitu di senggol sedikit langsung tawuran dan ngajak perang, tersinggung sedikit mau mencari preman untuk menghajar atau bisa membunuh orang lain…hmmm. Jadi apa makna kedamaian yang kita sering teriakkan itu? apakah damai itu adalah perasaan santai di pantai landai sambil mancay menunggu sunset dan sunrise serta waktu melantai. Peter tosh bilang,
“I don’t want peace, I want equal right and justice.”**Aku tak mau damai, aku ingin persamaan hak dan keadilan**.
Ya, kedamaian akan datang, apabila kita sudah mendapatkan hak-hak dasar kita dan keadilan. Saat kita sudah terbebas dari belenggung mental Babylon. Sudahkah kita mendapatkan keadilan itu kawan? Sudahkah kita mendapatkan hak-hak dasar kita secara menyeluruh, seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, makanan yang cukup, dan lain-lain saat ini. Sudahkah keadilan itu kita rasakan kawan? Sudahkah kita benar benar terbebas saat ini ? Hmmmmm. Mari kita jawab sendiri dalam hati masing-masing. Ingat pesan Marley,
“Open your eyes, and look within, are you satisfied with the life you’re living.” ** Buka matamu dan lihat sekelilingmu, apakah kau sudah puas dengan kehidupanmu sekarang?**
Reggae Dan Eksklusifisme Celebritas
Para celebritis reggae sebagian besar hanya menikmati reggae yang sedang tren dinegara ini, banyak job manggung, musiknya diputar di radio-radio, terkenal dan terutama banyak fans. Fans club - fans club bermunculan di berbagai daerah, mereka keliling Indonesia dan pesta-pesta. Gonta ganti pacar, mungkin mereka akan berharap di liput oleh infotainment dan akhirnya di gosipin di tivi-tivi..hahaha. Reggae itu memang dari jalanan, dan akan terus dijalanan. Bagi aku, biarlah kita akan tetap ada dijalanan, bersuara, bernyanyi, berdansa di jalanan, kita tak seharusnya MEMAKSAKAN menjadi musik elit kaum elit, dan memaksakan diri untuk masuk kedalam gedung mewah, gedung wakil rakyat, ataupun acara talk show eksklusif di stasiun TV terkenal, klo mereka ingin mengenal kita, silahkan mereka datang kepada kita, duduk bersama-sama tanpa batas. Klo mereka mengundang kita silahkan saja, kita datang, kita bisa menyuarakan apapun yang ingin kita suarakan secara bebas dan dimana saja.
Bagi aku bentuk perlawanan itu bisa dimana mana, seorang kawanku pernah bercerita bahwa dia dan band nya pernah main dikafe atau di mall, tapi tetap menyuarakan pemberontakan di sana dgn lantang. Sekarang apa sih yg tidak dikuasai kapitalisme, pulsa, handphone, jaringan internet, program komputer yg kau pake, bahkan baju sepatu yg kita pakai. Menurut aku cara yang efektif juga memang kita menyuarakan perlawanan di tempat mereka para kaum penindas Babylon bertengger, kalau kita hanya bersuara dari ghetto / pinggir jalan, atau di perkampungan kumuh misalnya, lah boro-boro di dengar oleh mereka, datang saja mereka ga mau. Kita sebaiknya bijak melihat dan membuat strategi perjuangan kita. Harus di pahami dulu undangan yg seperti apa yg dikirimkan mereka terhadap kita. Kalau mereka mengundang dengan maksud-maksud memamfaatkan kita, suruh mereka yg datang pada kita kalau berani. Tapi klo mereka mengundang kita untuk mendengar kita, datangi, dan berteriak di tempat mereka untuk menentang mereka. Lihat demo-demo yg dilakukan gerakan aktivis mahasiswa, mereka berteriak di kampus tidak didengar, lalu mereka memaksa masuk ke gedung dewan, itupun selalu di halangi dgn pagar besi dan bahkan senjata aparat, dan para penguasanya kabur. jadi sebaiknya bijak saja dalam melakukan segala hal apalagi menentukan strategi.
Yang kita bisa lakukan adalah menghindari. Bukan memaksakan diri untuk maen ditempat-tempat kaum borjuis dengan bangga, kita gantian memamfaatkan mereka, mencuri uang mereka. Banyak caranya, sekarang bentuk-bentuk perlawanan sudah bermacam-macam, tak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara sporadis dan tak tentu arah. Pake otak, bukan otot lagi. Kapitalisme uda menjajah pikiran kita dengan iklan, rasa, dan gaya hidup yg di jadikan tren oleh mereka. Bukan lagi penjajahan fisik macam dulu. Jadi buka pikiran dan isi otak dgn ilmu counter capitalism. Ada 1 cara yg menarik, temanku mengerjakan job dari produk kapitalis dengan bayaran tinggi, bahkan 2x lipat atau lebih dari yang biasa dia terima, dia bilang itu upaya dia untuk mencuri keuntungan balik dari kapitalisme sebanyak mungkin, tapi dia rela tak dibayar ketika mengerjakan proyek amal. Ini suatu bentuk perlawanan bro. Jangan pikir mudah untuk mengalahkan kapitalisme dengan hanya mem-boikot saja. Klo mang semuanya uda punya kesadaran, boikot mang cara yang paling efektif. Tapi 1 boikot, 100 orang beli ya percuma kan. Mereka mau bayar dengan mahal untuk kita konser, ambil uangnya, maen, dan berteriak disana dengan lantang menentang mereka, lalu uangnya buat gigs di pinggir jalan, sumbangkan untuk amal.
Ingat kah kita, dulu The clash juga maen di cafĂ©-cafe, sex pistol juga, Marley juga, lihat-lihat dulu kafe yang seperti apa? ada kafe di jogja yg kadang-kadang tempat buat kaum borjuis dugem dan party-party, tapi mreka juga sering mengadakan event2 underground disana, Seringai maen disana, Tony Q, dan bahkan band2 punk dan underground juga pernah maen disana. Bahkan, Bob Marley pernah di undang pangeran Inggris (yang nota bene penguasa Babylon) untuk bertemu, Bob hanya menjawab, “if he wants to meet me, he should come to me”. Tapi begitu dia diundang untuk merayakan kemerdekaan Zimbabwe, dia datang tanpa pikir panjang. Reggae itu tak perlu pengakuan, ditunjukkan keberadaannya, biarlah mereka yang mencari tau kita sendiri, kita terus saja bergerak dan bersuara dengan apa yang kita yakini benar. Klo jalan yang kita ambil benar, pasti akan banyak yang melihat kita, mengikuti kita, dan akhirnya berjalan bersama kita. Aku suka dgn respect dan sangat bangga bahwa reggae bisa jadi tren di negara ini, tapi bagi aku, reggae bukan hanya sekedar tren, tren itu hanya sesaat, begitu hilang masanya akan dilupakan, mungkin mereka akan beralih ke dangdut klo nanti dangdut jadi tren disini atau diluar negeri sana. Hati-hati lah, marley pun pernah mengalami bagaimana dia dimamfaatkan oleh industry, Mutabaruka berkata :
"industri musik & komersialisme mencoba mengecilkan Bob Marley sebagai sebatas MUSISI ! menjual imejnya, menikmati musiknya tetapi tidak mendengar pesan dan tidak mempelajari perjuangnya.”
Bukan rahasia lagi, para kapitalisme industri musik hanya memikirkan untung, mana yang mampu mengasilkan untung besar itu la yang di rangkul, mereka tidak peduli dengan idealisme apalagi perjuangan. Begitu di ajak bekerja sama yang mereka pikirkan adalah bagaimana kalian bisa memberikan untung sebesarnya pada mereka. Begitu sudah tak laku atau tidak tren, pantat mu akan di tendang..haha. Mirisnya lagi, dari awal pun band-band sering di minta bayaran sebagai modal awal terlebih dulu, bahkan sampai ratusan juta, dengan janji-janji muluk untuk mengorbitakan dan segudang mimpi-mimpi popularitas. Hal ini pun di alami oleh beberapa band reggae di tanah air. Yang di sodorkan adalah kontrak yang mengikat, yang membatasi, yang memasang target. Begitu tak memenuhi kontrak, siap-siap dengan sejuta konsekwensi merugikan. Bob Marley pernah berkata :
“Do you have a record contract? I have a recording agreement. What's the difference? One is an agreement and one is a contract! I am a man who deals by ear.” ** Apakah anda mempunyai kontrak rekaman? Aku mempunyai Kesepakatan rekaman. Apa perbedaannya? Yang satu adalah kesepakatan(persetujuan) dan yang lainnya kontrak! Aku dalah seseorang yang sepakat dengan mendengar”
Seorang kawanku dilombok (yang dengan kerendahan hatinya menyebutnya dirinya sebagai musisi bodoh dan gelisah), pernah menuliskan kegelisahannya tentang persaingan di antara musisi-musisi reggae yang merasa paling hebat (Star Sindrom). Namun ketika mengajak berkolaborasi dengan band indie seperti band kawanku itu, musisi-musisi yang merasa hebat tersebut menolak dengan berbagai alasan, hanya mengatakan “no coment” ketika diminta berkomentar untuk oleh sebuah tabloid yang akan mengulas tentang band kawanku tersebut. Padahal seorang musisi hebat seperti Tony Q pernah berkata :
“Gue selalu mendukung kawan-kawan yang bikin band reggae. Dan selama ini juga gue didukung kawan-kawan. Untuk desain sampul album Anak Kampung, yang bikin Ibnu Hibban, yang sudah menonton band gue sejak dia masih SMP. Sekarang dia sudah sarjana, lulusan jurusan seni rupa Institut Kesenian Jakarta. Cover Anak Kampung adalah skripsi Ibnu, dapat nilai A. Gue kan selalu mendukung sesuatu yang positif, kuncinya asal dikerjakan dengan senang hati semua akan berkembang. Setiap gue ngeband selalu ngajak band-band yang baru untuk jam-sesion. Di musik reggae itu nggak ada jarak, tua-muda saling mendukung. Gue nggak pernah menduga perkembangan Reggae di masyarakat seperti sekarang ini, walau media masih memperlakukan seperti anak-tiri, kalau mau dibandingkan dengan musik rock atau pop. Sebagai pelaku reggae, gue akan terus bekerja, berkarya, bikin album.”
Kalau menurut aku , sekalian saja mengajak Tony Q atau brotha Ras Muhamad untuk kolaborasi. Kalo ada waktu pasti Om Tony atau Brotha RM dengan senang hati berkolaborasi. (mudah-mudahan mereka baca tulisan ini kawanku di Lombok sana..hehehe). Bob Marley yang sudah menjadi super star pernah berkata :
“I live a long time before me see any money, but my work here is not to become a "star" or anything like that, and my life no go toward material vanity. I find my self doing this music t'ing and me have to do it. Really, I am just a man of the heart. ** Aku sudah hidup sebelum aku mempunyai uang, tapi apa yang ku kerjakan sekarang bukan untuk menjadi “Bintang” atau apapun seperti itu, dan kehidupan ku bukan untuk mengejar materi. Aku menemukan jati diriku saat aku memainkan musik ini dan aku harus melakukannya. Aku serius, aku hanya manusia dari hati.***
“I handle fame by not being famous…I’m not famous to me.”. ** (Aku bisa mengendalikan popularitas dengan tidak menjadi terkenal, Aku tidak terkenal bagi diriku sendiri.)**
“Bob Marley isn't my name. I don't even know my name yet.”. Bob Marley bukan namaku, bahkan aku belum tau siapa namaku. **.
Lihatkan bagaimana seornag super star seperti Bob Marley tak pernah merasa terkenal, selalu rendah hati, dan merasa bawa apa yang di perolenya adalah al biasa saja. Lalu Crish blakwell bercerita, bahwa Bob Marley selalu yang paling duluan masuk kedalam bus ketika akan melanjutkan tour, biasanya kan seorang “Bintang” akan yang paling terakhir naek kedalam bus apabila dia tidak menggunakan Limosine(mobil mewah). Bob Marley juga tak pernah ingin terlihat berbeda dari yang lainnya. Crish Blackwell berkata,
“Bob really had that natural humanity. He also was a natural leader. Absolutely, truly natural..”** (Bob Marley sangat mempunyai jiwa kemanusiaan yang alami. Dia juga seorang pemimpin yang alami. Sangat benar-benar alami/sederhana).
Apakah para selebritis kita sekarang seperti itu? Apakah harus minimal hotel bintang tiga apabila kita mengundang mereka? Apakah mereka mau menempuh perjalanan konser Jakarta – Jogja dengan kereta bisnis untuk tampil di acara amal ? Aku hanya ngobrol degan seorang bahwa sahabat bahwa dia pernah di sms oleh sebuah band reggae terkenal yang minta dicarikan job dengan bayaran belasan juta, tiket pesawat dan minimal hotel bintang tiga. Tak taulah. Bagi aku memang berhak pengalaman dan nama besar di bayar dengan uang yang mahal, tapi ingat kawan, lihat-lihat dulu siapa yang mengundang dan membayar kalian, klo kalian di undang oleh kaum kapitalis pemilik modal yang kaya raya, minta bayaran yang sebesar-sebesarnya, bahkan lebih besar dari yang pernah kalian bayangkan. Curi uang mereka sebanyak-bayaknya, gunakan nama besar kalian untuk balas dendam mengeksploitasi mereka. Sumbangkan uang itu untuk rakyat dan kawan-kawan yang berjalan bersama kalian. Biar mereka juga ikut bangkit dan bergerak bersama dengan kalian. Tapi kalau kalian hanya makan sendiri dan menjadi serakah, bahkan menjual idealisme/prinsip kalian demi uang, kalian sama sekali tak ada bedanya dengan kaum kapitalisme yang berkedok reggae. Sebaliknya bila kalian di undang oleh kawan-kawan yang tak punya banyak, tapi memiliki semangat untuk berjuang melawan keterbatasan, datanglah kalian, bahkan tanpa di undang dan bahkan sumbangkan apa yang kalian miliki lebih. Marley berpesan :
"Don't gain the world and lose your soul, wisdom is better than silver or gold"(Bob Marley)**Jangan hanya untuk mendapatkan dunia dan kehilangan jiwamu. Kebajikan lebih baik daripada perak dan emas.**
Reggae, Kebebasan dan Gerakan Sosial Untuk KEMANUSIAAN
Reggae itu berangkat dari jalanan, tidak eksklusif sama skali, berkembang di ghetto (tempat kumuh pemukiman klas pekerja dan buruh) di Jamaica sana, dekat dengan kekerasan, mafia, narkoba dan sebagainya. Mungkin juga ada kemiripan dengan sebagian wilayah di negara ini, yang rakyatnya semakin sulit, semakin sempit dan terdesak oleh industrialisasi dan kapitalisme, yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin. Hal ini mang banyak di sampaikan oleh lagu-lagu reggae dan apalagi Bob Marley. Bob Marley bilang
“reggae music is a news” ** Reggae adalah kabar berita
ya reggae musik seperti surat kabar yang menyampaikan kabar tentang segala hal, kemiskinan, perdamaian, keyakinan, cinta, idealisme, perjuangan dan pemberontakan terhadap penindasan, cinta dan lain-lain. Inilah mungkin yang membuat reggae dekat dengan kelas menengah ke bawah. Bahkan Jon Fishman, (Drumer, Jazz) mengatakan,
" I don't know how you can go your whole life and not listen once to Bob Marley - what's the point ?" **Aku tak tau bagaimana kau bisa melalui seluruh hidupmu dan tidak sekalipun mendengarkan Bob Marley - apa artinya?**...
Hahaha, narsis memang, tapi maksud Jon Fishman legenda Jazz itu adalah, kita nih hidup, dan semua sisi hidup kita itu disuarakan oleh Bob Marley, segala hal, Cinta, pembebasan, kedamaian, persatuan, persamaan hak, dan saling menghargai/tenggang rasa. Tapi ingat kita tetap manusia yg harus jadi diri kita sendiri, kita tetap harus memilah-milah mana yg baik buat kita dan tidak, begitu juga dgn reggae dan Bob Marley, aku TIDAK suka dgn prinsip Marley yg mengatakan
"Me never believe in marriage that much...marriage is a trap to control me; woman is a coward. Man strong ;" **aku tak terlalu percaya dgn pernikahan, menikah adalah perangkap utk mengontrol aku, wanita penakut dan laki-laki kuat,**
Makanya Bob Marley berpoligami. Wanita juga kadang kuat dan pemberani kan. dan pernikahan itu suatu yg sakral menurut aku. Tapi pertanyaannya apakah pecinta reggae di Negara Indonesia ini mengetahui apa sebenarnya reggae itu sendiri ? dan punya kesadaran untuk memilah milah mana yang baik dan tidak cocok untuk kita sendiri ? never know, entah lah.
Sementara itu juga para beberapa kawan-kawan dari aktivis/pelaku/artist/musisi reggae, semakin ekslusif, kadang kala hanya melihat segala sesuatu dari satu sudut pandang saja, mereka tak begitu peduli dengan dampak atau efek negative yang muncul. Berdasarkan pengamatanku pada grup FB para musisi reggae terkenal Cuma 1 orang, yang masih menyempatkan waktu untuk sekedar menuliskan pengetahuan mendalamnya tentang apa itu reggae dan memberikan pencerahan bagi fans-fansnya yang mencapai 50.000an orang. Selebihnya hanya berisikan jadwal-jadwal manggung atau sekedar bilang yoman, mantaf bro, yessman atau santai man. Mereka hanya melihat bahwa tujuan mereka baik, semangat mereka mulia, tapi mereka tak memperhatikan kawan-kawan lain yang berjalan di belakang atau di samping mereka semakin kehilangan arah. Tak bisa dipungkiri, bahwa sebagian besar masyarakat memandang bahwa generasi muda bangsa ini masih banyak yang malas dan hanya ingin bersenang-senang. Aku pikir masih bayak - dan mungkin semakin banyak yang memandang - sebelah mata tentang reggae dan gimbal itu, anak-anak jalanan dianggap sebagai anak muda yang malas, gembel dan pemabuk. Kenapa para pecinta reggae berlomba-lomba menjadikan dirinya seolah-olah gembel, menghisap ganja dan santai-santai, mengapa sebagian besar hanya memaknai reggae dengan jadi pemabuk dan bahkan berpura-pura jadi pemabuk yang hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Mengapa oh mengapa ?
Namun beberapa para celebritis reggae instan dinegara ini hanya mengejar uang, popularitas dan pesta pora. Mereka ingin menunjukkan reggae itu ada, ingin di akui, ingin dihargai, ingin dihormati, bahkan mengangkat seorang politikus sebagai bapak reggae indonesia yang tak pernah ku tau kapan dia mengawini ibu reggae dan membuntinginya dan akhirnya melahirkan anak anak reggae di negara ini. Ingatkah pesan Bob Marley (ah spertinya pura-pura lupa, atau memang tak pernah tau), dia berkata :
“Politics no interest me. Dem devil business. Dem a play with peoples minds. Never play with peoples minds.** Politik tidak menarik buat aku, Mereka Bisnis setan, Mereka hanya bermain dgn pikiran orang. Jangan pernah bermain dgn pikiran orang.**
dan satu lagi pesan Bob Marley :
“Well, everything is political. I will never be a politician or even think political. Me just deal with life and nature. That is the greatest thing to me.” **hmm, semua adalah politik. Aku tidak akan menjadi politikus atau bahkan berfikir tentang berpolitik. Aku hanya berhubungan dgn kehidupan dan alam semesta. Itulah hal terbaik buat aku.**
Kemudian dengarkan apa yang di katakan Peter Tosh :
“ I am not a politician. I only suffer the consequences.” ** Aku bukan politisi, aku hanya orang yang menderita dari konsekwensinya” ( baca, kosekwensi dari politik busuk = politik tai kucing - kata Sho Hok Gie ).
Lalu coba bandingkan dengan perkataan Jim Morrison/The Doors :
"When you make your peace with authority, you become authority.**ketika kamu berdamai dgn otoritas/penguasa, kamu akan menjadi bagian dr kekuasaan.**
Seorang musisi reggae kebanggaan pernah mengatakan ke aku bahwa ada seorang temannya yang mengatakan padanya, biar nanti reggae bisa masuk istana presiden, maen di depan presiden, hahahha. Ya kalau bapak reggae nya jadi presiden kan, makanya nanti pemilu klo bapak reggae nya jadi calon presiden, para anak muda harus memilih beliau, gitu??? klo ga kepilih, ga bisa dunk reggae masuk istana presiden..hahahahaha.
“You can fool some people sometimes, but you can’t fool all the people all the time” **Kau terkadang bisa membodohi orang lain, tapi tak bias membodohi semua orang setiap saat**
Ya, hati-hati, kita hanya akan di tunggangi, di mamfaatkan hanya sekedar untuk mencari simpati bahkan mengeksploitasi tren reggae di Negara ini hanya untuk keuntungan semata bagi kaum kapitalis dan penguasa jahat. Klo bagi aku, bila reggae sudah dipahami sebagai musik perjuangan, musik yang selalu menyuarakan Cinta sejati, kebebasan dan perdamaian, lalu semua orang tau bahwa reggae mengandung nilai pilosofi yang sangat positif, jangankan reggae maen di istana, tapi musisi reggae yang jadi presiden di Negara ini atau menteri atau seorang berambut gimbal bisa diterima kerja di bank yang fair memberikan kredit dengan bunga rendah demi membantu perekonomian usaha kecil biar rakyat mandiri, atau jadi dokter yang melayani masyarakat dipedalaman dengan tulus, jadi ketua komnas HAM yang bener-benar gigih memperjuangkan hak asasi manusia, menjadi ketua KPK yang tanpa pandang bulu menangkap dan menghukum para Koruptor, menjadi Dosen yang bukan hanya mengajari tapi belajar bersama dengan mahasiswanya, jadi anggota dewan yang benar-benar membela rakyatnya, dan lain-lain, bukan hanya jadi musisi atau seniman atau mahasiswa saja. Bisa ga ya? Semoga. Amin.
“People dont understand that we live in this earth too. We dont sing this song n live in the sky. I dont have an army behind me, if I did, I wouldnt care, i'd just get more militant. Bcoz I'd know, well, I have 50,000 armed youth, n when I talk, I talk from strength. People that are not involved dont know it, its my work, n I know it outside in. Bcoz music that smething everyone follow, so it's a force a terrible force. ** Mereka tidak mengerti bahwa kita hidup di bumi ini juga. Kita tidak menyanyikan lagu ini dan hidup di langit. Aku tidak mempunya tentara di belakangku, kalaupun aku punya aku tak akan peduli, aku hanya akan tetap lebih militant. Karena aku tau, aku memiliki 50,000 tentara muda, dan ketika aku berbicara, aku bicara dengan kekuatan. Mereka yang tidak terlibat tidak tau akan hal ini, ini tugasku, dan aku tau mereka akan bergabung. Karena musik adalah seseutu yang dikuti semua orang, jadi ini adalah kekuatan, kekuatan yang sangat dasyat.**
Seharusnya musik dan nama besar para reggae star di gunakan untuk membangkitkan semangat para generasi muda, fans-fans nya untuk berkaya dan bekerja lebih keras dan berjuang bersama untuk mencipatkan kehidupan yang lebih baik.
Marley juga mengatakan :
“Reggae is a music that has plenty fight, but only the music should fight, not the people.”**Reggae music memiliki banyak perlawanan, tetapi hanya musik yang bertarung, bukan orangnya.**
Sepakat sekali aku dengan Marley, reggae adalah musik yang memiliki banyak perlawanan. Tapi dengan reggae musik seharusnya kita melawan penindasan dan pembodohan oleh musuh bersama yaitu babylonian system, bukan malah orangnya yang "berantem". Apalagi sesama pelaku dan pecinta reggae, saling sikut-sikutan, bersaing tidak sehat, menggunakan uang dan nama besar untuk mencari pamor dan popularitas, membeli segelintir orang tapi mengeksploitasi yang lain, bahkan mengancam untuk berusaha membungkam suara-suara lantang pemberontakan. Kita seharusnya bersatu kawan-kawan, bagi aku kita hanya small axe kapak kecil yang bisa menumbangkan kesombogan pohon besar kaum Babylon penindas. Ingat kah lagu SMALL AXE yang di nyanyikan Marley :
“if you are the big tree, we are the small axe, ready to cut you down, cut you down.”**Apa bila kau pohon besar, kami adalah kapak kecil, siap menumbangkanmu, menjatuhkanmu.**
Seharusnya musik ini bisa dijadikan sarana untuk memberikan pendidikan positif bagi generasi bangsa ini untuk lebih kritis dan akhirnya menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu yang bermamfaat bagi bangsa dan negara. Bob Marley berkata :
“My music fights against the system that teaches to live and die. **Musik ku berjuang melawan system yang mengajarkan untuk hidup dan mati**,
"Better to die fighting for freedom then be a prisoner all the days of your life.**Lebih baik mati dalam perjuangan untuk kebebasan daripada terpenjara sepanjang hidupmu.**
Ya, musik ini memberikan pencerahan kepada kita untuk melawan segala system yang membatasi, meng-eksploitasi, menindas dan membodohi, mengajarkan pada kita untuk hidup dan mati dengan cara yang benar.
Tapi apa makna kebebasan yang sering diteriakkan oleh pecinta reggae di Negara ini? kebebasan untuk mabok, kebebasan untuk sex bebas, kebebasan untuk tawuran? hehehehe. Bagi aku kebebasan adalah bebas berfikir, bernafas, bersuara, bermimpi dan melangkah. Kalau mau di jabarkan satu-satu pasti bisa panjang banget dah. Tapi semuanya tergantung masing-masing individu, bandingkan saja konsep-konsep kebebasan kaum sosialime dan cabangnya serta Liberalisme dengan cabangnya, yang semuanya katanya ber-asaskan kebebasan, mana yang paling pas coba?
Klo kata brotha Ras Muhamad dalam lagunya System,
“Ide-ide Baru Filosofi Dan Isme, Sayap Kiri Baru Atau Pun Mentalisme, Batu Sama Batu Hanya Hasilkan Friksi, Hasilya Kita Hidup di Dalam Kontradiksi.”
Semuanya berakhir pada keputusan kita tentang arti kebebasan yang kita ambil dan yang kita butuhkan. Bagi aku, aku hanya berdiri bersama rakyatku, karena aku rakyat yang ingin membebaskan pikiranku. Karena hanya aku sendiri yang bisa membebaskan pikiranku, begitu ada yg brusaha memenjarakannya/mengekang-nya, aku akan lawan. Dengarkan ini:
"we are different of people, we are thinking with our own mind, our dream, our love, our free, our future, its so tight up with our decision. (KOWENA, Freedom).**Kita adalah manusia yang berbeda, kita berfikir dengan pemikiran kita sendiri, mimpi kita, cinta kita, kebebasan kita, masa depan kita, tergantung pada keputusan kita sendiri.**
Segala sesuatunya memang kembali pada diri kita sendiri, bagaimana kita mempunyai keinginan untuk membebaskan fikiran dan hati kita dari belenggu pembodohan dan penjajahan ide yang tanpa kita sadari telah menguasai. Bob Marley berpesan :
"None but our selves can free our minds” ** tak ada yang bisa membebaskan pemikiran kita.
“You can't educate us for no equal oppertunity talking about people, freedom and liberty.”**Kau tidak bisa mengajari kami untuk kesempatan yang tidak sama ketika berbicara tentang manusia, kebebasan dan kemerdekaan.”
Seharusnya kita kita generasi muda bangsa ini bias menjadi akar, dari pohon masa depan, yang menumbukan cabang, daun, bunga dan Buah yg manis lewat seni kususnya music reggae yang kita cintai ini. Jangan biarkan ULAT yang merasa naik daun, mengambil kesempatan, menggerogoti, memakan, merusak, apa yg telah kita tanam dengan susah. Reggae itu mendunia karena nilai-nilai PEMBERONTAKAN DEMI KEMANUSIAAN DAN KEADILAN SERTA KEBEBASAN, tak akan bisa lagi di bantah. Tanpa nilai tersebut, reggae hanyalah sekedar musik layaknya dangdut yang enak untuk bergoyang, kata seorang temanku.hehehe. Big respect.
"WHEN THE ROOT IS STRONG, THE FRUIT IS SWEET"
** Ketika AKAR nya kuat, BUAH nya akan Manis**
"MI SEE MYSELF AS A REVOLUTIONARY. WHO DONT HAVE NO HELP AND TAKE NO BRIBE FROM NO ONE AND FIGHT IT SINGLEHAND - WITH MUSIC."
** aku melihat diriku sendiri sebagai revolusioner. Yang Tidak menerima bantuan dan tidak menerima SUAP dari siapapun dan berjuang dengan tanganku sendiri - DENGAN MUSIK.**
[BOB MARLEY]
Note :
- Tulisan singkat ini hanyalah refleksi pribadi tentang reggae di Negara ini, dan juga hasil diskusi-diskusi kawan-kawan di sebuah grup FB - Indonesian Rebel Reggae Movement (IRRM), yang kami bangun karena kepedulian teradap reggae di Negara ini. Semoga TIDAK ada yang tersinggung ya, walaupun ADA niat menyinggung, hanyalah berbicara fakta apa adanya,,wkwkwkw. Tak sedikitpun bermaksud mempengaruhi atau membawa pecinta reggae di negara ini kearah sudut pandang tertentu. Walaupun banyak sekali kutipan-kutipan pemikiran Marley dalam tulisan ini -Paling tidak ini merupakan rasa hormat dan penghargaaan yang tinggi buat sang legenda HON. Robert Nesta Marley, walaupun mungkin banyak kelemhan-kelemahan dari marley yang bisa kita kupas di lain waktu. No body perfect lah,hehhe. Namun hendak lah kita berfikir secara dewasa dan tidak terjebak dalam bob marley-isme, tony q-isme, ras muhamad-isme, JRR-isme, paijo-isme, apalagi boyband reggae-isme, dan isme-isme lainnya. Silahkan kawan-kawan berfikir dan merenungkan sendiri mau dari sudut pandang mana mau memandangnya.hehehe. Big Respect.- Tulisan ini sebenarnya tulisan lama ku yang belum jadi-jadi ku posting, bahkan sebelum tulisan-tulisanku yang lain yang terlebih dahulu ku posting. Jadi pasti ada kemiripan. maafkan,,hehehe. Semoga nanti akan ada masukan, perbaikan dan penyempurnaan dari kawan-kawan yang berkenan membacanya. lagi-lagi BIG RESPECT..hahhaha
KEEP REBEL WITH TRUE LOVE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar